Ketika ibunya meninggal, Birahima yang berusia sepuluh tahun meninggalkan desa asalnya di Guinea, ditemani oleh penyihir sekaligus juru masak bernama Yacouba, untuk mencari bibinya, Mahan. Saat melintasi perbatasan ke Liberia, mereka ditangkap oleh kelompok pemberontak dan dipaksa menjadi tentara. Birahima pun menjadi tentara anak-anak. Berjuang dalam kekacauan perang saudara bersama banyak anak laki-laki lainnya, Birahima menyaksikan kematian, penyiksaan, mutilasi, dan kegilaan, namun entah bagaimana, ia berhasil mempertahankan kewarasannya.